Cara Tenang Menangani Kejang Demam Pada Anak Anda
Cari Berita

Advertisement

Cara Tenang Menangani Kejang Demam Pada Anak Anda

Rabu, 15 Februari 2017
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
mengatasi kejang demam anak

DutaIslam.Com - Kejang demam adalah salah satu kondisi yang paling ditakuti orang tua bila anaknya sedang demam. Situasi ini sering dihubung-hubungkan dengan epilepsi dan risiko keterbelakangan mental sebagai efeknya. Benarkah demikian?

Kejang demam adalah kondisi yang terjadi diduga oleh karena kenaikan drastis pada temperatur tubuh yang  umumnya disebabkan oleh infeksi dan merupakan respons khusus dari otak terhadap demam yang biasanya terjadi di hari pertama demam.

Kejang demam pada anak
Pada umumnya anak yang kejang demam mengalami kondisi sebagai berikut:
  • Tangan dan kakinya kejang.
  • Hilang kesadaran dan berkeringat.
  • Demam tinggi.
  • Terkadang keluar busa dari mulutnya atau muntah.
  • Matanya terkadang juga akan terbalik.
  • Setelah reda, dia akan terlihat mengantuk dan tertidur.
Gejala-gejala kejang demam pada anak dapat beragam, mulai dari yang ringan, seperti menatap dengan melotot, hingga yang berat, seperti tubuh yang bergetar parah atau otot-otot menjadi kencang dan kaku. Berdasarkan durasinya, kejang demam dikategorikan sebagai berikut:
  1. Kejang demam sederhana: paling umum terjadi, dengan durasi kejang beberapa detik hingga kurang dari 15 menit. Kejang yang terjadi pada seluruh bagian tubuh ini tidak akan terulang dalam periode 24 jam.
  2. Kejang demam kompleks: terjadi lebih dari 15 menit pada salah satu bagian tubuh dan dapat terulang dalam 24 jam.
Pada umumnya sebagian besar kejang demam dialami bayi usia 6 bulan hingga anak umur 5 tahun. Kejang demam jarang dimulai pada anak dibawah 6 bulan ataupun setelah 3 tahun.

Penyebab kejang demam yang sebenarnya belum diketahui. Tapi pada sebagian besar kasus, kejang demam berhubungan erat dengan demam tinggi akibat infeksi virus flu, infeksi telinga, cacar air, atau tonsilitis (yang dikenal sebagai radang amandel).

Selain itu, kejang demam pada anak juga relatif sering terjadi pascaimunisasi, seperti  DPT/PT (Diphteri-Pertussis-Tetanus/vaksin ulangannya), MMR (Mumps-Measles-Rubella). Meski demikian, bukan vaksinnya yang menjadi penyebab kejang demam, melainkan karena demam yang dialami anak.

Faktor genetik juga meningkatkan kecenderungan terjadinya kejang demam. Satu dari empat anak yang mengalami kejang demam kompleks memiliki riwayat anggota keluarga yang pernah mengalami kondisi ini.

Setelah terjadi sekali, kejang demam bisa saja terulang, terutama jika:
  1. Terdapat anggota keluarga dekat yang memiliki riwayat kejang demam.
  2. Kejang demam terjadi pertama kali sebelum anak berusia 1 tahun.
  3. Anak Anda mengalami kejang padahal suhu tubuhnya saat demam tidak begitu tinggi.
  4. Periode antara anak mulai demam dengan waktu kejangnya tergolong singkat.
  5. Kabar baiknya, hampir semua anak dapat pulih seperti semula setelah mengalami kejang demam.

Bagaimana Cara Menangani Kejang Demam Anak
Penting untuk tetap tenang saat menangani kejang demam pada anak. Pada umumnya kejang terjadi di awal masa demam anak, sehingga memberikan obat penurun panas kepadanya, seperti parasetamol atau ibuprofen, hanya bermanfaat membuat anak lebih nyaman dengan suhu tubuh yang tidak terlalu tinggi, tapi tidak mencegah timbulnya kejang demam itu sendiri.

Hindari pemberian aspirin karena dapat berisiko memicu terjadinya Reye’s syndrome pada sebagian anak dan dapat berujung kematian. Obat diazepam, lorazepam, dan clonazepam dapat diresepkan oleh dokter anak Anda jika Anak mengalami kejang demam kompleks atau kejang berulang.

Jika kejang demam pada anak terjadi untuk kedua kalinya saat Anda belum berada di rumah sakit atau ke dokter:
  1. Jangan tahan gerakan kejang anak Anda. Namun letakkan ia di permukaan yang aman seperti pada karpet di lantai.
  2. Untuk menghindari tersedak, segera keluarkan jika ada sesuatu di dalam mulutnya saat ia kejang. Jangan taruh obat dalam bentuk apa pun di dalam mulutnya saat anak sedang kejang.
  3. Untuk mencegah agar ia tak menelan muntahnya sendiri (jika terjadi), letakkan ia menyamping, bukan telentang, dengan salah satu lengan berada di bawah kepala yang juga ditengokkan ke salah satu sisi.
  4. Hitung durasi kejang demam. Panggil ambulans atau larikan ke instalasi gawat darurat (IGD) jika kejang terjadi lebih dari 10 menit.
  5. Tetaplah berada di dekatnya untuk menenangkannya.
  6. Pindahkan benda tajam di sekitarnya.
  7. Longgarkan pakaiannya.
Untuk mendiagnosis penyebab kejang demam, dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan berikut: tes urin, tes darah, atau pemeriksaan cairan tulang belakang (lumbar puncture) untuk mengetahui apakah terjadi infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis.

Dokter bisa saja  menyarankan electroencephalogram (EEG) jika anak mengalami kejang demam kompleks. EEG adalah tes untuk mengukur aktivitas otak. Selain itu, jika kejang hanya terjadi pada salah satu sisi tubuh, maka kemungkinan dokter akan merekomendasikan pemeriksaan MRI untuk memeriksa otak anak Anda.

Jika kejang diiringi dengan infeksi serius, apalagi sumber infeksi belum terdeteksi, maka si Kecil mungkin akan diminta untuk beristirahat di rumah sakit untuk observasi lebih lanjut.

Apakah Berbahaya?
Kejang demam kompleks sering dihubungkan dengan meningkatnya risiko epilepsi, juga hubungannya dengan kematian mendadak yang tidak terjelaskan pada anak (sudden unexplained death in childhood/SUDC).


Tapi ini tidak terbukti. Faktanya, sebagian besar kejang demam pada anak tidak mengalami peningkatan risiko kematian di masa kanak-kanak ataupun dewasa.

Sebagian besar kasus kejang demam tidak memiliki dampak jangka panjang. Kejang demam sederhana tidak akan menyebabkan kerusakan otak, kesulitan belajar, ataupun gangguan mental. Selain itu, kejang demam juga tidak menjadi indikasi penyakit epilepsi, yaitu kecenderungan kejang berulang akibat sinyal elektrik abnormal dalam otak.

Segera periksakan si Kecil ke dokter jika dia mengalami kejang demam, meski jika hanya berlangsung beberapa detik. Bawa dirinya ke IGD secepat mungkin jika kejangnya terjadi lebih dari 10 menit atau diiringi gejala sesak napas, leher kaku, muntah, dan sangat mengantuk.

Kejang juga dapat menjadi tanda dari penyakit yang lebih serius, seperti meningitis. Segera bawa anak Anda ke rumah sakit bila Anda menduga ini bukan sekadar kejang demam. [dutaislam.com/ ed]

Source: http://www.alodokter.com/

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB