Oleh Dodik Nur Cahyo
DutaIslam.Com - Fatsun gerakan umat Islam di Indonesia mulai bergeser, lengkap dengan ragam ciri dan cara operasinya. Serangkaian aksi-aksi yang digelar bertujuan melipat simpati dan garis gerakan umat Islam di negeri ini pada ghoyah (goal akhir) bernama “Islamisasi Negara” dan perebutan kekuasaan politik serta sumber daya alam.
GUIB Jatim bentukan MUI Jatim adalah pintu masuk ormas radikal dan klan wahabi plus jejaring ormas diluar NU-MD yang melakukan serangkaian aksi atas nama Islam di Jatim. Pemprov Jatim harus segera manggil ketua MUI Jatim dan evaluasi untuk bersihkan MUI Jatim dari klan-klan yang memiliki agenda merusak harmoni kehidupan sosial dan misi menghancurkan basis kekuatan warga NU di Jatim.
Kaki tangan (eks) penguasa dan pengusaha plus jejaring Wahabi dan HTI nasional turut meremote serangkaian kegiatan dan gerakan di Jatim. Jejaknya sangat terasa. Di sini perlu perhatian cermat dan cerdas untuk memutus rantai dan suplai pendanaan atas isu paketan dari pusat.
Semakin kita serang FPI, makin besar energi arus balik perlawanan. Mengapa ini terjadi? menurut pengamatan saya, FPI dan HRS didesain sebagai “tukang gedor gerbang”. Mereka hanya barisan dadu yang dilempar disoraki, dipanasi, didesain untuk membentengi kepentingan para aktor yang memainkan panggung aksi.
Jadi bukan isapan belaka, jika kita mengatakan, untuk menguasai atau merusak sendi harmoni kehidupan kebangsaan dan keagamaan di Indonesia, singkirkan dan hancurkanlah NU dulu.
Di sinilah perlunya fikrah, amaliah dan harakah nahdliyah tertancap lahir batin menjadi landasan berpikir, bersikap dan bertindak warga NU. Ini basis utama pertahanan kita dan modal dasar berjamaah dan berjam’iyyah. Fikrah, amaliyah dan Harakah Nahdliyyah adalah keterpaduan. [dutaislam.com/ ab]
