KH Hasyim Muzadi saat menyampaikan tausiyah di Semarang, Rabu (21/12/2016) malam. (Foto: Zulfa) |
Dalam tausiyahnya, K.H. Hasyim Muzadi menyampaikan bahwa persoalan lurus (hanafiyah) dan toleransi (samhah) harus seimbang, sebagaimana metode dakwah warisan Walisongo.
"Meneladani Rasul saat ini juga perlu dilihat dari sisi bagaimana Rasul membangun Kota Madinah dengan "persaudaraan antar muslim" (ukhuwah bainal muslimin) secara personal," jelasnya.
Sehingga umat Islam bisa bersatu meski beda pandangan. Lain dengan yang terjadi saat ini. "Yang berbeda bisa dianggap menyimpang dari agama dan dianggap kafir," terang Kiai Hasyim Muzadi yang juga pengasuh pesantren Al-Hikam, Malang, ini.
KH. Anashom, ketua PCNU Semarang mengharapkan kegiatan lailatul ijtima' malam itu bisa menjadi wadah silaturrahim yang membuat umat Islam tetap bersatu dan aman, "kami berharap Indonesia dalam keadaan aman dan khususnya Kota Semarang," papar Anashom.
Kegiatan ini dihadiri oleh Walikota Semarang, Hendrar Prihadi (bersama istri), Wakil Walikota Semarang, segenap jajaran Muspida Kota Semarang serta DPRD Kota Semarang, K.H. M. Adnan, K.H. Abu Hafsin (PWNU Jawa Tengah), Prof. Dr. Abdul Hadi, Prof. Dr. Amin Syukur, Prof. Dr. Muhibbin, Prof. Dr. Ahmad Rofik dan para guru besar perguruan tinggi di Kota Semarang, LDII, MUI Kota Semarang dan Pemuda Muhammadiyah Kota Semarang. [dutaislam.com/rifki/zulfa]