DutaIslam.Com - Donald Trump adalah seorang pebisnis konservatif di Amerika (USA), baik dari segi policy dagang maupun religi. Dalam mimpi kuasanya, yang ada hanya fulus dan kesejahteraan warga, bukan untuk menguasai kawasan. Berbanding 180 derajat dengan langkah politik Hillary yang selalu mengkaitkan kebijakan pemerintahan dengan keputusan politik strategis yang sudah banyak terbaca, misalnya obsesi perang.
Model kampanye "kenthir" (silly) ala Trump yang mungkin pernah Anda lihat di layar kaca ataupun medsos adalah bagian dari strategi timses-nya sebagai pengingat saja, atau dalam bahasa marketingnya "visually recognized". Sejarah kampanye presiden USA dengan model lucu ini pernah diukir oleh Presiden ke-27, William H. Taft yang mengibaskan kumis besarnya.
Track record Trump adalah pebisnis sukses yang mampu meraup laba cukup signifikan di tengah krisis yang melanda USA pada periode presiden sebelumnya.
Kebijakan luar negeri Trump kurang lebih akan mengendorkan syaraf peperangan dengan Rusia yang dipimpin oleh Putin, dan lebih mengutamakan kerja sama bisnis dalam berbagai sektor, dengan berbagi bagian bersama negara adidaya lainnya.
Andai yang terpilih bukan Trump, akan lebih banyak psy-ops yang terjadi, dan akan sangat merugikan USA sendiri dalam beberapa dekade ke depan. Perang Suriah di mana USA menggunakan psy-ops dari berbagai unsur ekstrimis yang berbendera Islam (untuk melawan Bashar Al Assad), sudah terbaca banyak kalangan bahwa hal itu bisa memicu perang dunia ke III.
Dibawah kepemimpinan Trump, USA diharapkan bisa memperbaiki neraca keuangannya yang sangat njomplang, sebagaimana terjadi pada periode kedua Presiden Obama. Yang tidak pernah terekspos keluar ada sekitar 20 juta penduduk USA masuk kategori rawan pangan.
Selamat berdemokrasi warga USA! [dutaislam.com/ ab/ rz-112016]
