PBNU Usul ke Kapolri Segera Bubarkan HTI
Cari Berita

Advertisement

PBNU Usul ke Kapolri Segera Bubarkan HTI

Senin, 26 September 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Beberapa waktu lalu, Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian dan Ketum PBNU Said Aqil Siradj menandatangani MoU tentang Penanganan Konflik Sosial dan Ujaran Kebencian (Hate Speech) di Gedung Mahameru Mapolda Jatim, Jalan Ahmad Yani Surabaya Kamis (1/9/2016)

Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Prof Dr KH Said Aqil Siradj mendesak Kapolri Jenderal Pol Tito Karnavian MA PhD segera membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Pasalnya, Ormas ini sudah jelas tidak mau menerima ideologi Pancasila, Bhineka Tunggal Ika, NKRI, dan UUD 1945 karena mereka ingin mendirikan khilafah Islamiyah di Indonesia.

“HTI harus kita anggap musuh bersama. Mereka anti-nation (nasionalis), anti-negara kebangsaan. Ingin mendirikan khilafah seperti zaman Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mimpinya seperti itu.

Selain HTI, KH Said Aqil juga mengusulkan kepada Kapolri untuk membubarkan organisasi yang membahayakan NKRI lainnya seperti Majelis Mujahidin dan Jamaah Takfir Wal Hijrah.

Menurutnya, langkah seperti ini juga pernah dicontohkan Nabi Muhammad saw saat membuka Kota Madinah. Bahkan Allah sendiri dalam salah satu surat Alqurán memerintahkan kepada Rasulullah untuk memerangi kaum munafik dan orang yang suka membuat teror (zalim) mengatasnamakan agama di Madinah supaya diperangi dan jangan dianggap sebagai saudara atau tetangga. 

“Kita di sini juga harus demikian, usir orang-orang yang suka menebar teror mengatasnamakan agama dari Indonesia,” jelasnya.

Bagi NU, konsep bernegara itu jelas mengacu konsep pemikiran Hadratus Syekh KH Hasyim Asyári pendiri NU yang dicetuskan pada 1914 di mana Islam dan nasionalisme (kebangsaan) harus bersatu dan jangan dipertentangkan.

Di sisi lain, Ketum PBNU ini juga mengingatkan kepada Kapolri supaya memantau beberapa pondok pesantren di Indonesia yang menjadi penyebar paham radikalisme yang selangkah lagi menjadi gerakan terorisme yang dapat mengancam keutuhan NKRI.

“Ada 20 pesantren, semuanya Wahabi. Wahabi memang bukan teroris tapi ajarannya ekstrim. Kita ini semuanya dianggap bid’ah dan musyrik karena menurut mereka Maulid Nabi itu bid’ah, Isra’ Miraj bid’ah, ziarah kubur musyrik, haul musyrik, dan semuanya masuk neraka. Kami khawatir murid mereka memahami kalau begitu boleh dibunuh dong orang ini karena kerjaannya musyrik semua,” terang Kang Said.

Teroris di RI Keluaran Wahabi
Ia juga berani memastikan bahwa pelaku teroris lokal adalah keluaran pesantren wahabi. Contohnya pelaku bom bunuh diri di Polresta Cirebon, Saifuddin, adalah alumni dari Pesantren As-Sunnah di Desa Kali Tanjung, Kecamatan Graksan, Cirebon Selatan.

Kemudian pelaku bom hotel Ritz Charton, Syarifufin, dari Desa Manis Kidul, Kecamatan Jalaksana, Kuningan, Jawa Barat, juga keluaran As-Sunnah. Dan direktur pesantren itu bernama Salim Bajri Yusuf Ba’itsa.

Selain itu, Ahmadd Yusuf dari Cirebon Timur, pelaku bom Gereka Bethel di Solo, juga keluaran pesantren Wahabi. Kemudian yang mati di Jalan Thamrin Jakarta itu semua alumni dari pesantren beraliran Wahabi seperti Bahrun Naim, Afifi dari Subang, Dian Ali dari Tegal, Muazzam dari Desa Kedung Wungu, Kecamatan Karang Ampel, Indramayu.

“Abu Wardah, Santoso, Amrozi, Ali Gufron, Imam Samudra, Dul Matin dan Umar Patek yang mertuanya bernama H Shofi pemilik salah satu Pom bensin di Pemalang, Jawa Tengah juga alumni pesantren berpaham Wahabi,” jelas KH Said Agil Siradj.

Kapolri: NU Pendiri NKRI
Kembali ke penandatangan MoU PBNU-Polri dalam penanganan konflik sosial dan ujaran kebencian (hate speech), Kapolri Jenderal Tito Karnavian dipilihnya NU sangat tepat. Sebab, NU merupakan salah satu elemen pendiri bangsa Indonesia sehingga menjaga keutuhan NKRI juga menjadi tanggung jawab besar warga nahdliyin.

Menurut Tito, sebelum Indonesia merdeka ada empat kelompok yang turut berjasa besar dalam pendirian NKRI. Tapi hanya tiga kelompok yang bersepakat negara Indonesia yang akan didirikan haruslah bisa mengakomodir kebhinekaan, toleransi dan nasionalis.

“Tiga elemen itu adalah kelompok nasionalis yang dimotori Soekarno-Hatta, kelompok laskar pemuda yang melahirkan TNI/Polri, dan kelompok Islam moderat yang diwakili NU. Sehingga NU adalah pendiri bangsa yang wajib menjaga keutuhan NKRI,” tegasnya.

Pertimbangan lainnya, kata Tito, organisasi keagamaan yang memiliki anggota sekitar 93 juta itu memiliki jaringan yang sangat besar dan memiliki ideologi yang moderat (toleran) sehingga bisa disinergikan dengan Polri dan TNI yang memiliki tugas menjaga keamanan dan pertahanan Indonesia. [dutaislam.com/ AJ/Isla]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB