Berbanggalah Memiliki Perekat Bernama Pancasila
Cari Berita

Advertisement

Berbanggalah Memiliki Perekat Bernama Pancasila

Selasa, 27 September 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ushuluddin dan Humaniora (FUHUM) UIN Walisongo Semarang bekerjasama dengan Lentera Indonesia Institute menyelenggarakan Seminar Nasional tentang Wawasan Kebangsaan dengan mengusung tema “Menyemai Pancasila dan Nasionalisme untuk Memperkokoh Wawasan Kebangsaan Generasi Muda Bangsa”.

Hadir sebagai pembicara Dr. KH. Imam Taufiq, M.Ag, (Wakil Katib Syuriah PWNU Jateng dan sekaligus Wakil Rektor II UIN Walisongo), AKBP Bambang Purwadi (Kepala Bagian Analisis Direktorat Intelijen dan Keamanan (Dit Intelkam) Polda Jawa Tengah) dan Harjanto Halim (Budayawan dan aktivis sosial-pendidikan Jawa Tengah). Seminar ini berlangsung di auditorium I lantai I UIN Walisongo, Selasa (27/9/2016).

Dekan FUHUM, Dr. H. Mukhsin Jamil, M. Ag, yang membuka seminar siang itu menyatakan bahwa tantangan global gerakan sosial politik yang berakar bermacam-macam dan bertumbuh subur. Francis Fukuyama (1992) dalam buku “The End of History and The Last Man” diprediksi bahwa manusia terakhir yang ada akan berwatak konsumerisme dan hedonisme.

Namun, di sisi lain, tesis ini gagal karena masih banyak gerakan-gerakan religius dan transnasional, jauh dari prediksi tersebut. Utamanya yang ada di Indonesia. “Berbanggalah menjadi bangsa yang memiliki perekat bangsa berupa Pancasila,” tandas Mukhsin.

Pemuda menjadi sasaran empuk bersemainya ideologi-ideologi transnasional. Bambang Purwadi telah mengidentifikasi pemuda-pemuda yang memakai atribut komunisme seperti kaos, mural dan sticker di Cilacap, Karanganyar, Surakarta dan kota Semarang.

Berbagai macam ideologi yang tumbuh subur di Indonesia ini tak lepas dari perbedaan cara pandang masing-masing individu. Sejarah panjang bangsa menjadi i’tibar penting sebagai bagian refleksi membangun Indonesia ke depan. Kebebasan yang terbuka selebar-lebarnya menjadi celah masuknya berbagai ideologi ke Indonesia.

“Resolusi Jihad Nahdlatul Ulama 22 Oktober 1945 menjadi api semangat untuk menjaga bangsa dan negara dalam melawan penjajah. Berbagai modal sejarah lainnya yang harus kita urai,” terang Imam Taufiq yang juga pengasuh pesantren Darul Falah Besongo ini.

Dalam kesempatan tersebut, Haryanto Halim bicara soal KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur) dan kenangan kebesaran jasa dan pemikirannya. Gus Dur, baginya, telah memberikan cara pandang beragama di Indonesia yang menarik. “Gus Dur menjadi pohon beringin yang mengayomi umat manusia dengan ke-NU-annya, keislamannya dan kemanusiaannya,” papar pengusaha Semarang ini. [dutaislam.com/ zulfa]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB