Miris, 45 Persen Teroris Melakukan Teror Karena Motivasi Jihad
Cari Berita

Advertisement

Miris, 45 Persen Teroris Melakukan Teror Karena Motivasi Jihad

Selasa, 09 Agustus 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - Beberapa hari belakangan, kita dikejutkan oleh pemberitaan media yang memberitakan soal tewasnya salah satu teroris di Poso yang menjadi target penyergapan setelah terjadi kontak senjata dengan pihak kepolisian dan TNI. 

Tentu dalam status ini, saya tidak akan panjang lebar berkomentar mengenai bagaimana pihak aparat yang berhasil melumpuhkan kelompok yang dipimpin oleh Santoso tersebut. Namun, dari sisi akademik saya akan berbicara mengenai apa gerangan yang menyebabkan aksi terorisme tersebut marak dan bahkan digandrungi oleh sebagian kecil masyarakat di Indonesia.

Pertanyaan penting yang patut kita garisbawahi terkait aksi terorisme tersebut, apakah berlatar belakang ekonomi, politik, budaya, atau karena faktor pemahaman keagaman? Pertanyaan semacam ini saya kira perlu untuk ditindaklanjuti dengan mengadakan riset lebih mendalam oleh beberapa lembaga riset bekerjasama dengan beberapa universitas dan perguruan tinggi. 

Tujuannya adalah untuk menghindari klaim-klaim yang tak mendasar. Karena belakangan ini jamak diberitakan bahwa mereka yang terlibat aksi teror kerap dianggap sebagai mujahid dan syuhada'. Sungguh miris! (Baca: Sumber Terorisme Menurut Gus Dur)

Banyaknya aktivitas yang dilakukan oleh aktivis teror, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok, atau bahkan organisasi tertentu seakan memperlihatkan bahwa dunia, atau mungkin manusia saat ini sedang mengalami rasa sakit. Dunia seolah-oleh begitu sempit untuk dijadikan sebagai tempat hidup damai dan rukun tanpa adanya aksi teror. 

Tak salah jika seorang Mahatma Ghandi menyatakan: "Bumi ini sangat cukup untuk menghidupi penghuninya, tetapi menjadi cukup atau bahkan sempit karena kerakusan oleh segelintir orang".

Buku ini "Profil Keagamaan Terpidana Terorisme di Indonesia" adalah hasil penelitian Tim Peneliti Badan Puslitbang dan Diklat Kementerian Agama RI yang membicarakan sebab dan tujuan dari aksi terorisme di Indonesia. 

Secara khusus, fokus kajian dalam buku ini adalah soal pemahaman keliru terhadap ajaran keagamaan tertentu yang mana dalam perjalanannya telah mampu mendorong para aktivis dan calon-calon aktivisnya untuk melakukan teror atas nama agama.

Dari penjelasan di atas setidaknya ada dua poin besar yang melatarbelakangi para teroris tersebut. Pertama, ideologi teror. Menurut para pakar, ideologi teror ini muncul sebagai intermediate cause (penyebab dasar) dari lahirnya embrio terorisme sebagai bentuk ketidakpuasan terhadap sesuatu yang dialami oleh individu tertentu.

Kedua, motiv teror. Menurut penelitian INSEP (Indonesia Institute for Society Empowerment) tahun 2011-2012 menunjukkan bahwa rata-rata mereka yang tertarik untuk bergabung dengan kelompok teroris adalah para pemuda yang berusia 29 tahun dengan latar belakang pendidikan Sekolah Lanjutan Atas (SLTA), baik dari sekolah negeri atau swasta dengan kecenderungan mayoritas berpendidikan umum. Mereka melakukan aksi teorisme tersebut dengan motivasi ideologi keagamaan (45,5%), solidaritas komunal (20%) dan separatisme (34,5%).

Dari pemaparan di atas, motivasi terbanyak yang melatarbelakangi mereka adalah ideologi keagamaan yang di dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah Jihad. Sangat miris bukan? Ini fakta. Itulah pentingnya kita memahami makna jihad ini secara komprehensif agar tidak salah memahaminya. Ataukah mungkin ke depan kita mempertimbangkan kembali makna jihad dengan konteks kekinian yang lebih humanis? [dutaislam.com/ ed]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB