Makna Wali dan Keramat Menurut KH Sholeh Darat
Cari Berita

Advertisement

Makna Wali dan Keramat Menurut KH Sholeh Darat

Sabtu, 13 Agustus 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh M. Rikza Chamami


DutaIslam.Com - Banyak diskusi tentang perwalian menjadi berhenti karena takut salah membahas. Atau diskusi perwalian menjadi dangkal karena bahan materi yang tersedia tidak terlalu banyak. Termasuk diskusi perwalian menjadi terhambat karena yang mengajak diskusi bukan wali dan dihentikan dengan kalimat “la ya’rifu al-wali illa al-wali; tidak mengetahui kewalian seseorang kecuali seseorang wali”.

Nampaknya memang suasana yang demikian butuh pencerahan. Satu sisi memang positif bahwa membincang soal wali bukan hanya sekedar bicara individu manusia saja. Akan tetapi lebih luas karena wali merupakan orang pilihan dan harus dihormati. Namun jika diskusi membahas wali itu berhenti, maka generasi yang akan datang tidak akan mendapat kisah tentang wali-wali dan bakal tersimpan rapat oleh generasi tua.

Bagaimana Syaikh Muhammad Sholeh bin Umar Assamarani (Mbah Sholeh Darat) memberi dasar tentang pemahaman wali dan karomahnya? Diantara penjelasan Mbah Sholeh Darat tentang wali dan karamah adalah dalam syarh nadzam Jauhar al-Tauhid Syaikh Ibrahim Allaqani: واثبتن للاوليإ الكرامة ٭ ومن نفاها انبذن كلامه.

Wali menurut Mbah Sholeh Darat adalah seorang ‘arif billah (mengetahui Allah) sekedar derajat dengan menjalankan secara sungguh-sungguh taat kepada Allah dan menjauhi ma’siyat. Artinya, para wali itu menjauhi segala macam kemaksiyatan berbarengan dengan selalu bertaubat kepada Allah. Sebab wali itu belum kategori ma’shumin (terjaga) seperti Nabi. Maka wali belum bisa meninggalkan ma’siat secara penuh. Makanya mereka disebut waliyullah.

Keberadaan wali yang sedemikian agung ini mendapatkan keistimewaan dalam hidupnya. Mereka dalam hidupnya selalu mengingat dan menggantungkan diri, dan menyatukannya pada Allah. Hati selalu menghadap dan pasrah dengan taqdir Allah saja. Itulah definisi sederhana mengenai wali menurut Mbah Sholeh Darat.

Adapun karomah menurut Mbah Sholeh Darat sesuatu yang nulayani adat (berbeda dari sewajarnya) jika dilihat secara kasat mata. Mereka yang mendapat karamah selalu menunjukkan kepribadian baik dan meniru jejak Rasulullah dengan bekal syariah dan baik secara ideologi serta perilakunya.

Karomah yang dimiliki oleh wali itu tidak hanya nampak ketika hidup saja. Tetapi setelah wafat, waliyullah masih diberi karomah. Dan bagi pengikut ahlussunnah wal jama’ah, kepercayaan terhadap adanya waliyullah dan karomah itu perlu diyakini secara baik. Bahkan empat imam madzhab sudah bersepakat mengenai karamah yang ada para wali ketika hidup maupun sudah wafat.

Para ulama muhaqqiqin menyampaikan: “Barangsiapa yang tidak nampak karamahnya setelah meninggal sebagaimana karamah ketika masih hidup, maka itu tidak benar”. Imam Sya’roni juga berpesan kepada para Syaikh: “Sesungguhnya Allah Swt itu selalu membuat wakil berupa satu malaikat di dalam kuburnya para wali, yang bertugas mengabulkan seluruh hajat manusia”.

Selain itu, seorang waliyullah juga terkadang keluar dari kuburnya untuk mengabulkan hajat manusia yang meminta hajat sebagaimana persaksian karamah para wali itu secara kasat mata (musyahada karamah al-auliya’). Sebagaimana Sayyid Al Aidarusi Al Adnani, Shahib Al Tubani, Sayyid Abdul Qadir Al Jilani, Sayyid Ahmad Al Badawi.

Satu pertanyaan yang dimunculkan oleh Mbah Sholeh Darat dalam Kitab Sabil Al ‘Abid adalah: “Kenapa zaman akhir para wali banyak kelihatan karamahnya? Dan kenapa zaman Sahabat dan Tabi’in tidak nampak wujud karomah wali?”

Oleh Mbah Sholeh dijawab, bahwa zaman akhir ditunjukkan banyak karamah karena manusia di zaman akhir banyak kesalahan (dla’if) keyakinan agamanya. Maka mereka didampingi oleh para wali dengan karomahnya agar semakin kuat keyakinan agamanya dan patuh kepada orang shalih. Dengan demikian, generasi zaman akhir tidak mudah menghina para orang-orang shalih.

Berbeda dengan orang-orang zaman al-awwalin (periode Sahabat dan Tabi’in) yang dalam hidupnya masih sangat yakin kepada orang-orang shalih. Sehingga karamah para wali tidak diperlihatkan. Apalagi pada zaman Sahabat, dimana Rasulullah Saw masih hidup bersama mereka.

Penjelasan Mbah Sholeh tentang wali ini merupakan dasar dari pemaknaan kata wali dan karomah cukup memberikan pencerahan. Penjelasan lengkap mengenai wali dalam karya tulis Mbah Sholeh Darat terdapat dalam Kitab Minhaj al-Atqiya’ fi Syarh Ma’rifah al-Adzkiya il Thariqi al-Auliya’ (tebalnya kitab ini 516 halaman). 

Ini menjadi ‘ibrah bahwa generasi masa kini hendaknya menghormati orang shalih dan selalu ingin dekat kepada orang terkasih. Derajat wali pada hakikatnya titipan dari Allah, bukan predikat yang dipasang secara mandiri dan diumumkan. Wallahu a’lam. [dutaislam.com/ ab]

M. Rikza Chamami, Wakil Ketua KOPISODA (Komunitas Pecinta KH Sholeh Darat) 
dan Dosen UIN Walisongo
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB