Dagelan “Jateng Bersholawat”: Tema Sholawat Isinya Sosialisasi Pajak
Cari Berita

Advertisement

Dagelan “Jateng Bersholawat”: Tema Sholawat Isinya Sosialisasi Pajak

Rabu, 20 Juli 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com – Shalawat identik dengan tradisi Nahdlatul Ulama. Namun, pada Senin (17 Juli 2016) malam, pagelaran bertajuk “Jateng Bershalawat, Gayeng Syawalan Untuk Jawa Tengah Berkemajuan” ternyata diinisiasi oleh Pengurus Wilayah (PW) Muhammadiyah (MD) Jateng. Lokasi acara di halaman Kantor Gubernur Jawa Tengah, Jl. Pahlawan No. 9, Mugassari, Semarang.

Ini susunan acara yang didapatkan oleh DutaIslam.Com: 1). Menyanyikan Indonesia Raya
2). Pembacaan ayat suci Al-Qur'an, 3). Tausiyah oleh Wildan Mauza Kawali Septiana (Juara III Pildacil RCTI dari SD Muhammadiyah Plus Salatiga), 4). Tampilan musik religi dari serambi Bagelen Purworejo, 5). Sambutan Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, 6). Sambutan Ketua PW Muhamadiyah Jateng, Drs. Tafsir, M.Ag., 7). Launching sadar pajak oleh DPPAD, dan 8). Sosialisasi program kesehatan ibu dan anak oleh Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

Hadir ribuan orang dalam acara yang diselenggarakan berkat kerjasama dengan pemerintah provinsi Jawa Tengah tersebut. Ketua PW Muhammadiyah (MD) Jateng, Drs. Tafsir mengungkapkan bahwa acara ini digelar untuk mengundang gubernur hadir di acara Muhammadiyah. “Tentu tak mungkin Gubernur menyapa warga MD se Jateng, maka MD yang datang untuk bersilaturahmi,” ungkapnya dalam sambutan.

Tafsir juga sempat memaparkan anggaran belanja MD Jateng tahun 2016 senilai Rp 10 triliun yang diperoleh dari sumber-sumber unit usaha. Ia juga menjelaskan PW MD Jateng memperoleh bantuan dari Bank Jateng Syariah Rp. 300 miliar pertahun.

Katanya, dana yang dihabiskan untuk acara yang pertama kali digelar ini adalah Rp 5 miliar hanya untuk akomodasi 450 bus. Sumber dana diambil dari PW MD Jateng. “Termasuk mengerahkan 20 unit mobil ambulan dari Rumah Sakit Muhammadiyah,” aku Tafsir.

Gubernur Ganjar Pranowo berharap agar acara semacam shalawat ini lebih sering dilaksanakan, tidak hanya setahun sekali.

"Pemprov juga ada program "Jateng Bershalawat bersama Habib Syech bin Abdul Qadir Assegaf". Kalau bisa, sekarang dibagi saja dengan Muhamadiyah keliling di wilayah Jateng Barat, Timur, Selatan, Utara. Buat saya tidak terlalu penting berapa ribu yang datang," kata Gubernur.


Tanpa Gebyar Shalawat
Berlangsung khidmah namun ironis. Gebyar acara shalawat yang diwarnai hujan itu ternyata tidak terdengung lantunan shalawat babar blas. Kasidah shalawat tidak dibacakan, grup rebana tidak ada, apalagi sesi acara khusus membaca shalawat bersama-sama. Nihil. Di panggung acara yang begitu besar tersebut, hanya ada hidangan snack yang tampak. Tidak ada alat musik yang digunakan untuk mengiringi shalawat bersama.

Ramainya acara memang diakui oleh Septian, warga Semarang. Ia menjelaskan ruwetnya lalu lintas karena jalan-jalan protokol dipenuhi kendaraan bus luar kota. Walaupun simpang lima ditutup, dia yang melaju dari Tugu Muda nekad menerabas dan akhirnya mampu menembus rapatnya jalan hingga sampai ke depan gedung RRI Semarang. Karena hujan, ia sempat berhenti “ngiyup” sebentar di sana.

Ketika itu, aku Septian, ia justru banyak menyaksikan warga Muhammadiyah yang hadir dari luar kota mondar-mandir seperti asik jalan-jalan. “Saya nguping mereka, ternyata tidak niat menghadiri acara, tapi niat untuk jalan-jalan dan melihat-lihat simpang lima,” ujarnya kepada DutaIslam.Com.

Ini wajar mengingat dalam susunan acara memang tidak ada agenda pembacaan shalawat. Beberapa saksi di lapangan mengaku kecewa karena kampanye acara yang begitu masif ternyata isinya berbeda dari background acara.

“Saya perhatikan sejak awal hingga akhir tidak ada tuh lantunan shalawatnya. Acara dimulai sekitar jam 8 malam, diawali dengan menyanyikan lagu Indonesia raya dan mars Muhamadiyah. Kemudian ada hiburan bernyanyi. Niat berangkat acara shalawatan ternyata hanya acara kumpul-kumpul,” kata Abu Labbaika, kecewa.  

Setelah tausiyah terakhir dari Sekretaris PP Muhammadiyah Dr. Abdul Mukti, acara sudah lunas dan hadirin bubar masing-masing. “Anggaran acara ini penuh dari Pemprov, kayaknya disokong DPKAD. Bagi Muhammadiyah, keuntungannya bisa show of force karena yang datang cukup banyak. Bagi pemprov, keuntungannya tidak perlu capek-capek mengumpulkan orang,” ujar Abu yang juga warga Semarang.

Komentar lain juga diutarakan oleh Majidun, warga Magelang. Menurutnya, kegiatan “Jateng Bershalawat” jelas akal-akalan panitia untuk mencairkan anggaran. “Jika judulnya tidak ada ‘Jateng Bershalawat’ ya tidak bisa di-SPJ-kan. Sebab di DIPA/anggaran berbunyi ‘Jateng bershalawat’,” jelasnya dalam bahasa Jawa.

Penjelasan Majidun tersebut ternyata tidak bertentangan dengan keterangan Website Sang Pencerang (milik kader Muhammadiyah). Dalam sebuah status Facebook dari pemilik akun Ari Cangklak, Tema “Jateng Bershalawat” diakui Sang Pencerah hanya nama yang dilabelkan oleh Pemprov Jateng untuk acara PW Muhammadiyah Jateng tersebut. “Jateng bershalawat itu hanya nama saja dari Pemprov. Tidak ada acara shalawatan. Intinya tabligh akbar yang ngisi Pak Mu’thi,” tulisnya di komentar Facebook.


Acara yang menurut rilis Kepala Biro Humas Pemprov Jateng, Drs Sinoeng N Rachmadi MM diikuti 10 ribu orang dari seluruh kabupaten/kota di Jateng itu memang hanya merupakan media komunikasi antara Gubernur dan masyarakat, utamanya soal sadar pajak dan kesehatan untuk ibu dan anak. 

Ini dagelan untuk pencairan dana atau kampanye politik yah? Apa ini modus Jawa Tengah yang berkemajuan?  Kalau benar ini didanai Dinas Pajak, lalu uang siapa yang dibuat untuk kumpulan ormas itu?

"Era 90-an ketika NU mengadakan sholawat mengundang pengurus MD secara resmi pakai surat, mereka menolak dengan alasan tidak mengenal tradisi tersebut. Semoga saja ini bukan karena ada udang dibalik-balik," kata Ihwan, asli Rembang. [dutaislam.com/ ab]
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB