KH Masduqie Mahfudz: Berkat Shalawat, Semua Permintaan Dituruti
Cari Berita

Advertisement

KH Masduqie Mahfudz: Berkat Shalawat, Semua Permintaan Dituruti

Senin, 20 Juni 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

DutaIslam.Com - KH. Achmad Masduqie Mahfudz mempunyai pengalaman bagus dari tentang shalawat Nabi. terjadi pada tahun 1956, ketika masih menjadi murid SLTA di Jogjakarta. Suatu ketika, beliau habis berkelahi dengan jin di sebuah masjid di Gandean, namun kalah. Karena kalah, selama tiga hari rasanya tetap ingin makan, tapi tidak bisa buang air. 

Di hari ke empat, tubuh beliau sudah panas sekali. Di hari ke empat itu, beliau juga sempat pesan ke adiknya bahwa nanti kalau mati jangan dibawa pulang ke Jepara, dikubur di Jogja saja. Beliau berpesan begitu, karena beliau datang ke Jogja itu niatnya mondok. Kalau nanti wafat di Jogja dan dibawa pulang ke Jepara dan dikubur di Jepara, maka nanti hilang syahid-nya.

Ketika itu, adik beliau berkata, "mari kita pergi ke kyai itu, kyai yang mas biasa ngaji di hari ahad”
Lalu beliau menerima ajakan adiknya. Pergilah beliau bersama adiknya dengan naik becak dan sampai di rumah pak kyai sudah jam satu malam. Pintu rumah kyai masih terbuka. Tapi jam segitu pak kyai sudah tidak bisa melayani tamu, karena kebisaan kyai ketika sudah lewat jam 10 malam, kyai sudah khusus ibadah kepada Allah saja. 

Masduqie muda-pun tertidur di rumah kyai itu. Baru saja jam 3 malam, beliau terbangun terasa mau buang air di rumah pak kyai itu. Setelah itu, puaslah beliau karena sudah bisa buang air.

Pagi hari, jam tujuh, beliau bisa ketemu dengan pak kyai. Badan beliau saat ketemu kyai panas sekali. Beliau berkata kepada pak kyai, "pak kyai, saya sakit”. Pak kyai hanya tersenyum. Ketika pak kyai tersenyum itu, panas beliau hilang.

Pak kyai dawuh, "mas, sampean gendeng mas"

Kok gendeng yai?”, tanya Masduqie muda

“Iya, wong bukan penyakit dokter, sampean kok bawa ke dokter, ya uang sampean habis. Pokoknya kalau sampean pengin sembuh, sampean tidak boleh pegang kitab apa saja,” jawab kyai.

Jangankan baca, pegang saja tidak boleh. Padahal pada saat itu, Masduqie muda dua bulan lagi akan mengikuti ujian akhir.

“Yai, dua bulan lagi saya ujian, lho gimana saya kok enggak boleh pegang buku”, Masduqie muda matur kepada pak kyai.

Seketika itu pak kyai menanggapinya dengan marah-marah, "yang bikin kamu lulus itu gurumu? Apa bapakmu? Apa mbahmu?"

"Pada hakikatnya Allah yai,”

“Lha iya gitu!” timpal pak kyai

“Lalu bagaimana syariatnya yai?” tanya Masdqie muda lagi.

“Tiap hari, kamu harus baca shalawat yang banyak” jawab kyai lagi.

Masduqie muda kembali bertanya, "banyak itu berapa yai?"

Pak kyai-pun menjawab, "ya paling sedikit seribu, habis baca 1000 shalawat, minta dengan berkat shalawat yang saya baca, saya minta lulus ujian dengan nilai bagus."

Ya sudah, Masduqie muda tidak berani pegang kitab maupun buku, karena memang ingin sembuh. Paman beliau berkata marah-marah, "Bagaimana kamu ini? dari Jepara ke sini, kamu kok nggak belajar?” Masduqie muda tidak berani komentar apa-apa. Pokoknya karena beliau dilarang kyai untuk pegang kitab atau buku, beliau nurut saja.

Menjelang ujian, pelajaran bahasa Jerman, bukunya, ternyata diganti oleh gurunya dengan buku yang baru. Karena masing dilarang pegang buku, maka beliau tetap taat pada kyai.

Setelah ujian, Masduqie muda dipanggil guru bahasa Jerman.

Pak Guru: kamu her
Masduqie muda: Berapa nilai saya pak?
Pak Guru: Tiga!
Masduqie muda: Iya pak. Kapan pak?
Pak Guru: Seminggu lagi 

Namun setelah seminggu, Masduqie muda tidak langsung mendatangi guru bahasa Jerman, karena larangan pegang buku belum selesai. Baru setelah selesai, Masduqie muda mendatangi pak guru.

Masduqie muda: Pak, saya minta ujian pak.
Pak Guru: Ujian apa?
Masduqie muda: Ya ujian bahasa jerman pak.
Pak Guru: Lha kamu bodoh apa?
Masduqie muda: Lho kenapa pak?
Pak Guru: Nilai delapan kok minta ujian lagi, kamu itu minta nilau berapa?
Masduqie muda: Lho, ya sudah pak, barang kali bisa nilai sepuluh.

Jadi angka 3, karena shalawat, mungkin menjadi angka 8. Setelah itulah, beliau tidak pernah meninggalkan baca shalawat. Itu satu pengalaman shalawat KH. Masduqie Mahfudz saat muda


******************

Pengalaman shalawat beliau lagi, yakni ketika beliau harus dinas di Tarakan, Kalimantan Timur. Pada suatu hari, ada tamu jam 5 sore, dan bilang ke Kyai Masduqie, "Saya disuruh oleh Ibu, disuruh minta air tawar." Kyai Masduqie mengaku bahwa saat itu beliau masih bodoh. Maka seketika itu beliau menjawab,"ya silahkan ambil saja, air tawar kan banyak itu di ledeng-ledeng itu.”

“Bukan itu pak, air tawar yang dibacakan doa-doa yang buat orang sakit itu pak,” si tamu berkata pada Kyai Masduqie. Beliaupun menjawab, "Ooo, kalau itu ya tidak bisa sekarang. Ambilnya harus besok habis sholat shubuh persis."

Beliau menjawab begitu, karena beliau mau tanya istri beliau dulu perihal abah istri beliau yang sering nyuwuk-nyuwuk dan tanya doanya. Ternyata istri beliau tidak tahu tentang doa yang dibaca abahnya di rumah. 

Padahal Kyai Masduqie sudah janji. Kebetulan, habis Isya waktu harus wiridan membaca dalail, beliau menemukan hadits tentang shalawat. Inti hadits tersebut kurang lebih, "siapa yang baca shalawat sekali, Allah kasih rahmat sepuluh. Baca shalawat sepuluh, Allah kasih rahmat seratus. Baca shalawat seratus, Allah kasih rahmat seribu. Tidak ada orang yang baca shalawat seribu, kecuali Allah mengabulakn permintaanya."

Ketemulah hadits tersebut sebagai jawabannya. Lalu belaiu pun bangun malam hari, ambil air wudhu. Ambil air segelas, lalu membaca shalawat seribu kali. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad. Setelah beliau selesai membaca seribu shalawat, beliau berdoa, "Allahumaj’al hadzal ma’ dawa an liman syarabahu min jami’il amrodh". Arti doa tersebut,” ya allah, jadikanlah air ini sebagai obat dari segalai penyakita bagi peminumnya”. Lalu meniupkan ke air gelas dan baca shalawat satu kali lagi. 

Di pagi hari, diberikanlah air tersebut kepada orang yang memintanya tadi itu. Setelah tiga hari, ada berita dari orang tersebut bahwa orang yang kena penyakit meminum air doa tadi itu sudah sembuh. Padahal sakitnya itu sudah empat bulan tidak sembuh. Dokternya sudah tidak sanggup menangani. Dokter telah menyarankan untuk mencari obat di luar. Lalu katanya Kyai Masduqie itu selama tiga hari mengelus-elus perutnya. Masa ngelus-ngelus perut? Padahal kan yang kena penyakit itukan perempuan. Selain itu, padahal Kyai Masduqie selama tiga hari di rumah saja. Berkat shalawat, penyakitnya sembuh.

Sejak itulah, di tempat Kalimantan timur itu, terkenal ada guru agama yang pinter nyuwuk. Ya Kyai Masduqie itu. Sampai penyakit apa saja, datang ke rumah beliau. Kalau tidak beliau bacakan shalawat, ya istri beliau mengambilkan air jeding, karena sudah dipakai untuk wudhu. Ya sembuh juga penyakitnya. Inilah pengalaman shalawat Kyai Masduqie ketika dinas di Kalimantan.

Suatu ketika, beliau harus ke Samarinda naik kapal milik pribadi Gubernur Bapak Aji Pangeran Tenggung Pranoto. Di tengah-tengah perjalanan laut, di Tanjung Makaliat kapalnya kena angin puting beliung. Maka goyang-goyanglah kapalnya. Kyai Masduqie sadar, wudhu, lalu naik ke atas kapal. Beliau ajak adzan malaikat penyebul angin itu. Lalu berhentilah angin tersebut. Itu pengalaman sholawat Kyai Masduqie.

"Kalau ada penyakitnya aneh-aneh, datang ke Mergosono, insya Allah saya bacakan sholawat seribu kali, kalau ndak mempan sepuluh ribu kali, insya Allah qabul," kata Kyai Masduqie saat pengajian di Majlis Riyadul Jannah.

“Berkat sholawat Nabi, sampean tahu sekarang, saya bangun pondok sampai tingkat tiga, nggak pernah minta sokongan dana masyarakat, mengedarkan edaran, nggak pernah. Modalnya hanya sholawat saja. Uang yang datang ya ada juga, tapi nggak habis-habis. Itu berkat sholawat,” lanjut Kyai Masduqie dalam pengajiannya.

Putra beliau Sembilan orang bisa membaca kitab semua, sarjana semua. Modalnya itu adalah sholawat Nabi. Kalau putra beliau ada yang mau ujian, di samping putranya juga disuruh baca sholawat, beliau juga membacakan sholawat untuk kelancaran dan kesuksesan putranya yang mau ujian itu. 

Kyai Masduqie dawuh, "Berkat sholawat Nabi SAW, semua yang saya inginkan belum ada yang tidak dituruti oleh Allah. Belum ada permintaan yang tidak dituruti berkat sholawat Nabi itu. Semua permintaan saya terpenuhi berkat sholawat”.

Shollu ‘alan Nabi Muhammad. Allahumma shalli wa sallim ‘ala sayyidina Muhammad. Ditulis berdasarkan pengajian KH. Achmad Masduqie Mahfudz di Majlis Riyadlul Jannah. [dutaislam.com/ ab].

Source: KBAswaja
Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB