Masjid Tidak Jadi Dibeli Yayasan Nasrani Setelah Peristiwa Pembacokan
Cari Berita

Advertisement

Masjid Tidak Jadi Dibeli Yayasan Nasrani Setelah Peristiwa Pembacokan

Selasa, 03 Mei 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh M Ichwan DS

DutaIslam.Com - Minggu lalu saya bertemu seorang imam masjid yang masih muda. Beliau pernah dibacok anggota organisasi preman terkenal di Semarang, siapapun orang Semarang pasti tahu. Dia dibacok karena menunggui masjid yang kala itu hendak dikuasai sebuah yayasan Nasrani. Peristiwa ini sudah bertahun-tahun lalu.

Ceritanya, beliau jadi karyawan di sebuah lembaga pendidikan swasta. Di dalam lembaga tersebut ada masjid yang waktu itu sudah rusak bangunannya. Lembaga tersebut mengalami salah kelola, banyak korupsi sehingga yayasannya hampir bangkrut. Lalu sebuah yayasan Nasrani berminat membelinya. Hampir saja yayasan swasta itu dibeli, dan sudah muncul kabar burung rencana masjid  reyot itu akan dijadikan gereja.

Si karyawan yang pernah nyantri ini tidak rela kalau tempatnya kerja dijual ke yayasan Nasrani. Tapi apalah daya dia hanya orang kecil. Maka yang bisa dia lakukan hanya berdoa.

Tiap malam dia wiridan di masjid yang sangat sepi hampir tanpa aktivitas ibadah itu. Awalnya hanya muncul gangguan jin maupun setan. Kadang penampakan Gendruwo, Kuntilanak atau Dhemit. Semua dia cuekin. Yakin dengan doanya, makluk halus itu pergi sendiri.

Berikutnya, teror datang secara fisik oleh makhluk bernama manusia. Segerombolan preman berusaha menakut-nakuti dia. Menyuruh agar pergi saja dari masjid itu, semua karyawan sudah tak ada yang bertahan, toh lembaga tempatnya bekerja mau dijual.

Namun si alumni pondok asal Demak ini bergeming. Dia tetap adzan, sholat dan berdoa di masjid yang hampir runtuh atapnya itu. Dia berharap, yayasannya tidak jadi dijual. Kelompok peneror dia jawab dengan mimik dingin saja.

Proses negosiasi dan jual beli antar yayasan sudah hampir terjadi. Namun justru peristiwa pembacokan kepada penjaga masjid itulah yang jadi pemicu kegagalan jual beli.

Suatu malam, ketika dia keluar dari masjid usai wiridan, sekonyong-konyong dari arah belakang muncul dua orang. Tanpa berkata apa-apa, seorang dari dua orang berbadan tegap dengan mengenakan kaos berlogo organisasi preman itu membacoknya.

"Trang!" bunyinya seperti ayunan cangkul terkenal rel kereta api. Suara besi ketemu besi. Betapa kagetnya si preman. Goloknya bukan membuat si korban luka dan mati, malah jadi gowang (bengkok) seperti telah membentur baja.

Maka larilah si preman. Terbirit-birit dia melapor ke bosnya. Rupanya Gusti Allah masih melindungi sang penjaga masjid itu dari kejahatan di serambi rumah-Nya.

Peristiwa pembacokan itu lantas ramai membuat gaduh kawasan. Ramai diperbincangkan. Orang-orang banyak berdatangan. Polisi lantas mengerahkan pasukan menjaga lembaga pendidikan tersebut karena mendapat laporan telah terjadi pembacokan. Banser pun berdatangan karena solidaritas atas penjaga masjid yang belakangan diketahui seorang anggota NU.

Bahkan anggota Banser sudah hendak mencari pelaku pembacokan dan ada yang ingin menyerbu markas organsisi premannya. Namun si penjaga masjid mencegah. Dia memohon jangan ada pembalasan. Yang penting dirinya selamat, itu sudah cukup. Biar Gusti Allah sendiri yang akan mengurus pelaku pembacokan maupun pihak yang menyuruhnya.

Karena ramai dan sempat muncul isu SARA, konon sampai membuat panas hubungan Islam dan Nasrani, maka proses jual beli dihentikan. Dibatalkan.

Lalu orang-orang meminta agar yayasan yang bangkrut tersebut dijaga NU, dikelola orang NU, biar amanah. Alhamdulillah, yayasan tersebut berangsur-angsur sehat. Para pengurus lama yang meninggal dunia maupun yang mengundurkan diri telah diganti dengan orang-orang baru yang amanah. Pengelolaan lembaga pendidikan pun diperbaiki dan terus ditingkatkan.

Si penjaga masjid yang pemberani itu lantas diminta menjadi imam dan guru ngaji di masjid yang kini telah didandani jadi sangat bagus. Megah dan kinclong lantainya. Di Semarang Kota. [dutaislam.com]

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB