Karomah dan Laku Hidup KH Hasyim Asy'ari Pendiri NU
Cari Berita

Advertisement

Karomah dan Laku Hidup KH Hasyim Asy'ari Pendiri NU

Sabtu, 02 April 2016
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami
KH Hasyim Asy'ari - Ketika Hasyim Asy'ari muda berangkat nyantri ke pesantren yang diasuh KH. Muhammad Kholil bin Abdul Lathif Bangkalan-Madura. Hasyim Asy’ari muda langsung di uji oleh sang guru.

Hasyim Asy’ari muda disuruh naik ke atas pohon bambu, sementara Kyai Kholil terus mengawasi dari bawah sembari memberi isyarat agar terus naik sampai ke pucuk pohon bambu tersebut. Kyai Hasyim terus naik sesuai perintah gurunya itu. Ia tak peduli apakah pohon bambu itu melur (Patah/roboh) atau bagaimana. Yang jelas, beliau hanya patuh pada perintah gurunya.

Anehnya, begitu sampai di pucuk Kyai Kholil mengisyaratkan agar Kyai Hasyim langsung meloncat ke bawah. Tanpa pikir panjang Kyai Hasyim langsung meloncat. Ternyata beliau selamat.

Ada cerita yang menarik tatkala KH Hasyim Asy’ari “masih belajar” dengan KH. M Khalil. Suatu hari, Kyai Hasyim melihat Kyai Khalil gurunya lagi bersedih, beliau memberanikan diri untuk bertanya. Kyai Khalil menjawab, bahwa cincin istrinya jatuh di WC, Kyai Hasyim lantas usul agar Kyai Khalil membeli cincin lagi. Namun, Kyai Khalil mengatakan bahwa cincin itu adalah cincin istrinya.

Setelah melihat kesedihan di wajah guru besarnya itu, Kyai Hasyim menawarkan diri untuk mencari cincin tersebut di dalam WC. Akhirnya, Kyai Hasyim benar-benar mencari cincin itu didalam WC. Dengan penuh kesungguhan, kesabaran, dan keikhlasan, akhirnya Kyai Hasyim menemukan cincin tersebut. Alangkah bahagianya hati Kyai Khalil atas keberhasilan Kyai Hasyim itu. Dari kejadian inilah Kyai Hasyim menjadi sangat dekat dan disayang oleh Kyai Khalil. (Baca Duta Islam: Karomah KH Kholil Bangkalan)

Yang menarik, dua kyai besar ini sama-sama tawadhu' rendah hati. Mereka sama-sama saling berguru. Kyai Hasyim terkenal sebagai ahli hadits. Biasanya Kyai Hasyim mengajarkan hadits itu pada santri sebulan penuh pada bulan Ramadhan. Ternyata, Kyai Kholil, meski dikenal sebagai guru Kyai Hasyim, ikut juga jadi santri ngaji kepada Kyai Hasyim.

Kyai Kholil tidak merasa gengsi memperdalam ilmu meski kepada muridnya sendiri. Sebaliknya, beliau malah sangat menghormati Kyai Hasyim sebagai gurunya.

Tradisi (rendah hati) itu ternyata terus menurun ke generasi berikutnya. Gus Dur yang merupakan cucu dari Kyai Hasyim sangat menghormati keturunan Kyai Kholil. Begitu juga KH. Fuad Amin cicit dari Kyai Kholil sangat menghormati keturunan Kyai Hasyim. "Kalau saya salaman mencium tangan Gus Dur langsung ditarik," tutur Fuad Amin.

Dan Kyai Hasyim senantiasa mendapatkan perhatian yang istimewa dari gurunya Kyai Kholil, baik semasa beliau menjadi santrinya maupun setelah kembali kemasyarakat untuk berjuang. Perhatian tersebut terbukti dengan pemberian isyarah tongkat dan tasbih kepada muridnya, Kyai Hasyim, pada waktu beliau hendak mendirikan Jam’iyah Nahdlatul Ulama.

Kisah Kyai Hasyim Asy’ari dan Nabi Khidir

KH. Imron adalah putra Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan. Kala itu Nabi Khidir menjelma sebagai orang berpenyakit yang menjijikkan. Orang itu tiba-tiba muncul entah datang darimana dan tiba-tiba saja minta gendong Kyai Imron, namun beliau menolak. Karena menolak, orang itu lantas mendatangi Kyai Hasyim dan minta untuk di gendong beliau. Waktu itu Kyai Hasyim masih mondok di pesantren Kyai Kholil.

Tanpa merasa risih dan jijik, Kyai Hasyim menggendong orang tersebut dengan tulus. Saat hampir sampai di pesantren, orang itu minta diturunkan. Orang tersebut kemudian berkata,"Sampaikan kepada Kyai Imron, bahwasanya saya ini adalah Nabi Khidir." Setelah itu, orang tersebut lenyap.

Begitu kabar ini disampaikan, Kyai Imron terkejut. Ia menyesal telah menolak menggendong orang berpenyakit itu yang tak lain adalah Nabi Khidir. Sejak itu, kabarnya, Kyai Imron bertekad untuk mencari Nabi Khidir. Ia terus mengembara untuk mencari Nabi Khidir, sebagai bentuk rasa permohonan maaf dan penyesalan beliau.

Semangat Jihad KH Hasyim Asy’ari

Tepat pada tanggal 21-22 Oktober 1945, KH Hasyim Asyari mengumpulkan wakil-wakil dari cabang NU di seluruh Jawa dan Madura di Surabaya. Dalam pertemuan tersebut, diputuskan bahwa melawan penjajah sebagai perang suci dan hukumnya fardu ain. Saat ini populer dengan istilah resolusi jihad.

Setelah resolusi jihad dicetuskan, ribuan kyai dan santri bergerak ke Surabaya. Pada 10 November 1945 atau tepatnya dua minggu setelah resolusi jihad dikumandangkan, meletuslah peperangan sengit antara pasukan Inggris melawan tentara pribumi dan juga warga sipil yang cuma bersenjatakan bambu runcing. Konon, ini adalah perang terbesar sepanjang sejarah Nusantara. (Sumber : merdeka.com) (Baca Duta: Kyai Subchi Bambung Runcing)

Menurut KH. Wahab Hasbullah prinsip hidup KH Hasyim Asyari yaitu: "Berjuang terus dengan tiada mengenal surut, lelah dan istirahat". Salah satu prinsip semangat juang KH Hasyim Asy’ari didasari dari hadist Rasulullah yaitu: “Demi Allah, jika mereka kuasa meletakkan matahari ditangan kananku dan bulan di tangan kiriku dengan tujuan agar aku berhenti dalam berjuang, aku tidak akan mau menerimanya bahkan nyawa taruhannya” (al-Hadist).

KH. Hasyim Asy’ari senantiasa mengingatkan kepada santri-santrinya untuk selalu mengikuti dan menjadikan tauladan dari perbuat Nabi Muhammad saw.

Amalan, Ijazah dan sekaligus Karomah dari KH Hasyim Asy’ari
  1. Meneladani Rasulullah sebagai idola utama manusia, itu yang senantisa beliau wasiatkan bukan hanya kepada santri-santrinya tetapi juga kepada seluruh kaum muslimin.
  2. Semangat Jihad (membela agama dan bangsa). Beliau adalah ulama yang mujahid (ahli jihad) yang negarawan dan memiliki patriotisme yang luar biasa. Hal ini bisa kita lakukan sesuai dengan kemampuan dan profesi kita masing-masing (Ulama, ustazd, guru, pegawai, pelajar, santri, pengusaha, pejabat, petani, nelayan dll). Jihad tidaklah harus berperang atau memikul senjata, segala bentuk perbuatan baik dan membawa manfaat serta mencegah segala bentuk perbuatan keji dan munkar itu sendiri juga merupakan suatu jihad.
  3. Menjaga Shalat lima waktu dengan berjamaah
  4. Beliau memiliki pribadi yang ihklas dalam bertindak, termasuk ihlas melayani umat, masyarakat dan bangsa Indonesia ini
  5. Pribadi yang santun, rendah hati (tawadlu), tidak suka menonjolkan diri, menampakkan diri
  6. Saling menghormati, suka bermusyawarah, tidak fanatik yang berlebihan merasa paling benar sendiri
  7. Membersihkan hati dan mensucikan niat didalam mengerjakan dan melakukan sesuatu (Nasehat beliau dalam kitab adabutta’lim wa mutaallim).
  8. Beliau adalah pribadi yang pekerja keras, memiliki semangat juang tinggi tanpa mengenal lelah dalam melakukan sesuatu (berjuang, belajar, bekerja, membantu/melayani umat dll) termasuk dalam melayani umat dan bangsa Indonesia.


Itulah karomah besar Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asyari yang telah Allah anugrahkan kepada beliau, juga sekaligus ijazah yang beliau berikan kepada santri-santrinya dan seluruh kaum muslimin, agar bisa di amalkan dalam kehidupan sehari-hari di dalam beragama, berkeluarga, bermasyarakat dan berbangsa.

Terkadang kita sering sering terpesona oleh kekeramatan, kehebatan dan kesaktian beberapa ulama atau kyai tertentu. Contoh seperti kisah jika ada Kyai yang bisa mendatangkan rizki secara tiba-tiba, bisa berada di suatu tempat yang sangat jauh dalam sekejap mata, bisa juga berada dalam suatu tempat yang berbeda secara bersamaan, mengetahui akan kejadian masa lalu dan juga mengetahui kejadian-kejadian yang akan terjadi, bisa terbang, mampu berjalan di atas air dan masih banyak lagi lainya. Itu membuat kita terkagum-kagum, padahal semua itu tiada mustahil dan sangatlah mudah bagi Allah.

Kalaulah kita lihat putra beliau KH. Abdul Wachid Hasyim dalam usia yang sangat muda sekitar 30 tahunan sudah menjadi ulama besar, pejuang dan negarawan, tokoh nasional dan internasional, dan juga menjadi pahlawan Nasional, beliau sangat disegani dan dihormati. KH. Abdul Wachid Hasyim meninggal dalam usia sangat muda 39 tahun. Mungkin karena sangat sayang-Nya Allah kepada beliau sehingga di dalam usia beliau yang masih sangat muda, Allah memanggil beliau untuk menghadap keharibaan-Nya, waallahu ‘alam.

Masih belum ada sampai sekarang ini tokoh, ulama/kyai di Indonesia yang usianya sangat muda sekitar 30 tahunan sudah menjadi ulama besar sekaligus tokoh nasaional dan internasional kecuali hanya beliau sendiri KH. Abdul Wachid Hasyim. Rata-rata kebanyakan yang menjadi tokoh ulama/kyai besar di Indonesia jika usianya sudah mencapai hampir 60 tahunan.

Menurut putri beliau, Ibu Lily Khodijah Wachid, beliau ini (KH. Hasyim Asy’ari dan KH Abdul Wachid Hasyim) sangatlah layak di sebut wali Allah.

KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur adalah seorang ulama besar, seniman dan juga negarawan sejati. Sebagian besar orang-orang sholihin mengatakan jikalau Gus Dur ini “Waliyullah” karena memiliki banyak kelebihan dan kemampuan luar biasa. Itu baru anak dan cucunya apalagi kakeknya Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari, bahkan guru beliau sendiri KH. M kholil yang banyak ulama mengatakan jika beliau itu qutbul aqtob-nya tanah Jawa, sangat menghormati beliau KH. M Hasyim Asy’ari. (Baca Duta Islam: Macam-Macam yang Dituduhkan Kepada Gus Dur)

Umat Islam Bersedih Ketika Beliau Mangkat
Apabila Syaikh Muhammad Kholil Bangkalan terkenal dengan sebutan"Syaikhona Waliyullah" maka KH. Hasyim Asy'ari mendapat gelar "Hadratus Syekh" yang artinya Maha Guru atau Tuan Guru Mulia. Gelar ini muthlaq diberikan kepada Kyai Hasyim sebab hampir seluruh ulama tanah Jawa juga pernah berguru kepada beliau. Beliau juga satu-satunya yang memakai gelar Raisul Akbar di organisai Nahdlatul Ulama, organisasi Islam terbesar di Indonesia bahkan terbesar seantero jagad ini.

Meski beliau menyandang banyak gelar seperti yang dituliskan dalam taqridz atas kitab Sirajut Thalibin karya Kyai Ihsan Jampes, hal ini tidak menjadikannya sombong. Beliau tidak pernah menyebutkan gelar itu sama sekali. Padahal beliau adalah orang yang paling pas untuk mendapatkan gelar tersebut.

Terbukti pada manuskrip asli karya-karya beliau. Disana tidak ditemukan embel-embel yang menyertai nama beliau, seperti sebutan kyai, haji, syaikh, alim, apalagi al-allamah atau al-arif billah. Akan tetapi beliau lebih memilih embel-embel yang sifatnya merendahkan diri kepada Allah. Beliau selalu menulis kata-kata al-faqir (yang faqir), al-haqir (yang hina), sebelum namanya disebut. Inilah salah satu sifat tawadlu yang beliau miliki.

Bagaimana pun hebatnya manusia hidup di dunia, pasti maut akan menjemputnya. Tak terkecuali, Hadratus Syaikh sebagai manusia biasa. Beliau dipanggil Allah SWT untuk selama-lamanya pada malam bulan Ramadhan. Tepatnya tanggal 3 Ramadhan 1366 H. atau 21 Juli 1947 M. tepat pada pukul 03.00 dini hari. Inna lillahi wa Inna Ilaihi Raji’un. Ulama' yang paling disegani seantero jazirah Islam kala itu, telah menghadap ilahi rabbi dengan damai dan sentosa.

Meskipun semua masyarakat tahu tanggal wafatnya Hadratus Syaikh Hasyim Asyari, namun karena wasiatnya, beliau tidak ingin dikhouli (di peringati/dirayakan tiap tahun). Dan makam/kuburan beliau sangat sederhana, tiada bedanya dengan makam-makam umum. Subhanallah luar biasa.

Kepergian Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy'ari bukan hanya membawa kesedihan untuk umat Islam di Indonesia. Di negara luar pun ikut berduka. Mereka amat merasa kehilangan seorang tokoh dan figur yang mereka banggakan.

Semoga dengan kepergian Kyai Hasyim, muncullah Hasyim Asy’ariHasyim Asyari yang lain, baik dari dzuriyah, kerabat, santri, maupun kaum muslimin.

اللَّهُمَّ عَبْدُك رُدَّ عَلَيْك، فَارْأَفْ بِهِ وَارْحَمْهُ، اللَّهُمَّ جَافِ الأَرْضَ عَنْ جَنْبَيْهِ وَافْتَحْ أَبْوَابَ السَّمَاءِ لِرُوحِهِ، وَتَقَبَّلْهُ مِنْك بِقَبُولٍ حَسَنٍ، اللَّهُمَّ إِنْ كَانَ مُحْسِنًا فَضَاعِفْ لَهُ فِي إحْسَانِهِ، وَإِنْ كَانَ مُسِيئًا فَتَجَاوَزْ عَن سَيِّئَاتِهِ


Artinya: "Ya Allah hamba-Mu ini telah dikembalikan kepada-Mu, maka kasihilah ia dan rahmatilah ia, Ya Allah jauhkanlah bumi dari sisinya, dan bukakanlah pintu-pintu langit untuk ruhnya, dan terimalah ia di sisi-Mu dengan penerimaan yang baik. Ya Allah jika ia melakukan kebaikan maka lipat gandakanlah kebaikannya, dan jika ia melakukan keburukan maka abaikanlah keburukannya." (Mushannaf Ibnu Abi Syaibah). [dutaislam.com/ed-ab]

Waallahu a’alam

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB