Saya Cina, Menangis di Makam Gus Dur
Cari Berita

Advertisement

Saya Cina, Menangis di Makam Gus Dur

Rabu, 23 Desember 2015
Download Ngaji Gus Baha

Flashdisk Ebook Islami

Oleh Elisabeth Ngatini

DutaIslam.Com - Imlek kemarin (3 Februari 2011) Ibu mengajak aku ke Makam Gus Dur. Agak kuatir juga, karena Ibu jarang bepergian jauh. Tiba-tiba harus ke Jombang. Sopir yang menyetir sudah aku beri tahu, kalau mau ke komplek makam Gus Dur dan keluarga Ponpes Tebuireng, Peziarah yang datang dari arah Surabaya saat memasuki Kota Jombang langsung menuju arah Malang-Kediri yang melintasi PG Cukir.

Parahnya sopir juga baru pertama kali ini ke daerah Jawa Timur. Jadi sempat kesasar. Tapi, inilah saktinya nama Gus Dur. Semua yang ditemui antusias saat ditanyai di mana letak makam Gus Dur. Ah, aku lega. Akhirnya sampai juga. Makam tersebut berjarak sekitar 8 km dari pusat Kota Jombang. Ada di Kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng.

Wajah Ibu yang pucat langsung berubah ceria begitu menginjakan kaki di halaman Ponpes. Aku tahu kenapa di hari libur Imlek ke Makam Gus Dur, bukan malah merayakannya seperti orang orang cina yang lain, Gus Dur memang sangat berarti buat Ibu dan kami orang China keturunan. 

Aku masih inget betul, saat kecil ada pertemuan orang China di Klenteng dan menyambut kedatangan Gus Dur. Aku membacakan puisi dan Gus Dur mencium pipiku. Memuji kalau cara membaca puisiku bagus.

Komplek makam Gus Dur ternyata ramai banget. Gimana nggak ramai karena makam Gus Dur tepat berada di tengah-tengah ponpes dan banyak terlihat aktivitas santri yang mengaji dan belajar ilmu agama. 

Kupikir orang orang di sekitar makam yang sama seperti niatku mengunjungi makam, akan memandang asing dan heran aku dan Ibu yang China, tapi nyatanya tidak. Malah setelah acara doa ritual di makam, ada yang bilang kepadaku sudah biasa orang China datang ke Makam Gus Dur. Juga orang bule, orang lain agama. Itu karena Gus Dur pembela kaum minoritas.

Sore aku dan Ibu pulang. Aku lihat Ibu sempat menangis tadi di makam Gus Dur. Ibu bilang saat makan di sebuah rumah makan di Malang, Gus Dur adalah orang yang pertama mencabut Intruksi Presiden (Inpres) No 14/1967. 

Inpres yang dikeluarkan oleh Orba ketika awal berkuasa pada tahun 1967 dan melarang kaum Tionghoa merayakan pesta agama dan adat istiadat di depan umum dan hanya boleh dilakukan di lingkungan keluarga. "Karena Gus Dur, saat ini kita bisa merayakan Imlek...," begitu kata Ibu. [dutaislam.com/ ab]

Source: www.kompasiana.com

Jual Kacamata Minus

close
Iklan Flashdisk Kitab 32 GB